Selasa, 26 Mei 2009

Tomat Ungu Penghalau Kanker

PARA ahli di Inggris saat ini tengah mengembangkan sejenis tomat berwarna ungu yang diklaim memiliki faedah menghambat pertumbuhan sel kanker. Tomat jenis baru hasil penyilangan gen ini diyakini para ahli mengandung banyak pigmen antioksidan disebut anthocyanin yang berperan penting menghalau tumor dan kanker.


Seperti dilaporkan jurnal, Nature Biotechnology, tim ilmuwan dari John Innes Centre, Norwich, berhasil menciptakan jenis tomat varian baru hasil kombinasi dengan gen-gen dari bunga snapdragon atau Antirrhinum majus.

Bunga snapdragon memang dikenal sebagai salah satu tumbuhan yang kaya anthocyanin, zat yang juga ditemukan pada berbagai jenis berry berwarna gelap seperti blackberry, cranberry dan chokeberry.

Dalam riset terbarunya, tomat hasil rekayasa genetika ini telah diujicoba pada tikus di laboratorium. Hasilnya, kelompok tikus pengidap kanker yang diberikan tomat ungu mampu bertahan hidup lebih lama secara signifikan dibandingkan kelompok tikus dengan diet standar, baik yang diberi atau tanpa diberi tomat biasa.

"Efeknya ternyata lebih besar dari yang kami harapkan ," ungkap pimpinan riset Cathie Martin, yang juga ahli biologi tumbuhan.

Martin menambahkan, meski buah-buahan seperti blackberry atau blackcurrant berkhasiat mencegah timbulnya kanker, sakit jantung atau gangguan syaraf, tetapi belum banyak orang yang mengonsumsinya.

Dengan fakta itu, para ahli mencoba menciptakan buah tomat yang mengandung banyak anthocyanin dengan bantuan gen-gen bunga snapdragon. Pada prosesnya, kata para ahli tomat yang biasanya berwarna merah berubah menjadi ungu.

Para ahli juga menyatakan, uji coba buah tomat ini terhadap manusia masih belum dapat dilakukan dalam waktu dekat. Yang menjadi sasaran selanjutnya adalah meneliti bagaimana kandungan antioksidan dalam tomat ungu benar-benar dapat mempengaruhi perkembangan sel-sel tumor demi meningkatkan kualitas kesehatan.

BAHAYA RADIASI PONSEL

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tengoklah iklan tarif telepon seluler dari berbagai perusahaan. Tawaran mereka benar-benar menggiurkan: gratis bicara sepanjang hari, bebas menelepon semaumu atau ngobrol sampai dower, dan banyak iming-iming lainnya. Gara-gara tarif murah, orang dengan mudah berhalo-halo tanpa batas. Pulsa mungkin saja "aman", namun kesehatan bisa terancam.

Pembantu rumah tangga atau buruh bangunan pun mengantongi telepon. Di Indonesia, menurut Budi Putra, pengamat dan pengelola blog teknologi komunikasi, pengguna telepon seluler kini mencapai 115 juta orang, sekitar separuh dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pengguna handphone di seluruh jagat mencapai tiga miliar orang. Dua kali lipat dibandingkan data 2005.

Di balik semua kemudahan berkomunikasi, telepon genggam memunculkan kekhawatiran, terutama bagi kesehatan. Pemicunya, penelitian Vini Gautam Khurana, ahli bedah saraf dari Universitas Nasional Australia, Canberra, yang dipublikasikan pada akhir Maret lalu.

Selama 15 bulan, Khurana menelaah lebih dari 100 penelitian yang telah dilakukan berbagai lembaga, tentang keselamatan penggunaan telepon seluler. Hasil penelitian itulah yang menimbulkan gelombang reaksi besar hingga sekarang, karena Khurana menyatakan penggunaan telepon seluler akan memicu epidemi tumor otak, yang akan membunuh lebih banyak orang ketimbang rokok. Menurut riset profesor peraih 14 penghargaan medis ini, penggunaan telepon seluler--langsung dari handset--lebih dari 10 tahun akan menggandakan risiko terkena kanker otak.

Tidak hanya Khurana yang punya perhatian besar terhadap dampak buruk penggunaan telepon seluler, lembaga penelitian bergengsi lain juga demikian. Pada Juni lalu Mobile Telecommunications and Health Research di Inggris, bekerja sama dengan Imperial College, London, mengadakan penelitian besar-besaran tentang apakah telepon genggam bisa memicu gejala kanker otak, alzheimer, dan parkinson. Penelitian yang didanai pemerintah Inggris dan sejumlah perusahaan seluler ini akan "membuntuti" 90 ribu orang responden selama setahun. Lalu mengevaluasi dampak kesehatannya.

Menjawab kekhawatiran dunia akan bahaya telepon genggam, Organisasi Kesehatan Dunia juga telah meluncurkan Health Evidence Network. Ini merupakan layanan informasi Organisasi Kesehatan Dunia Kantor Regional Eropa, sebagai referensi bagi pengambil keputusan di bidang medis.

Ternyata, menurut organisasi kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, bukti bahwa radiasi telepon seluler dapat memicu tumor otak, tumor pada sel saraf pendengaran, tumor kelenjar saliva, leukemia dan limfoma, masih "lemah dan tak bisa disimpulkan". Alasannya, orang hanya memakai telepon dalam waktu terbatas--bukan sepanjang hari secara terus-menerus.

Meski begitu, lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan, tidak ada bukti bukan berarti tidak ada efek. Harus ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik untuk tiap-tiap kasus. Untuk itu, pada Oktober 2009, organisasi ini akan mengeluarkan rekomendasi resmi tentang aturan menggunakan telepon genggam, tentu saja berdasar penelitian yang lebih kredibel. Khurana sendiri menyarankan untuk membuat penelitian dampak penggunaan telepon seluler dalam jangka 10-15 tahun, agar menghasilkan "kajian ilmiah yang solid".

Belum adanya kepastian tentang tingkat bahaya penggunaan telepon seluler itulah yang menjadi masalah. Para dokter di Indonesia menyatakan, meski pemakaian telepon seluler meningkat belakangan ini, belum ada penelitian di Tanah Air tentang bahayanya bagi kesehatan. Menurut Silvia F. Lumempouw, dari berbagai kasus penyakit saraf yang ia tangani--termasuk alzheimer dan neuroma akustik--belum pernah ada yang terkait langsung dengan penggunaan telepon genggam. Spesialis saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dharma Nugraha ini menyatakan, radiasi dari seluler sebetulnya tak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan sumber radiasi lain seperti rontgen atau CT-scan. Para pekerja medis yang setiap hari berurusan dengan radiasi pun aman, apalagi "cuma" telepon.

Silvia juga mengingatkan, sebetulnya kita juga dikelilingi radiasi dari televisi, radio, komputer, dan berbagai peranti lain. Karena itu, ia menyarankan, kita juga wajib mewaspadai gejala akibat penggunaan handphone yang berlebihan. "Teknologi kan diciptakan untuk memudahkan, bukan untuk membuat sakit," katanya.

Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) ini membandingkan telepon genggam dengan obat. Jika sebelum dipasarkan, obat harus sukses melalui serangkaian proses (dicoba di hewan, lalu di manusia, kemudian di orang sakit), alat-alat teknologi pun seharusnya begitu. "Mesti ada aturan dari sisi kesehatan, sebelum produk itu dipasarkan," kata Silvia. Jangan hanya berorientasi pada kecanggihan tapi tak mementingkan sisi medis.

Himawan W.H. juga menyatakan hal senada. Dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan di jaringan Rumah Sakit Mitra Internasional ini menyebut semua radiasi pada dasarnya berbahaya. Namun radiasi dari telepon genggam relatif kecil.

Selain dari telepon genggam, potensi radiasi di sekitar kita yang patut diwaspadai adalah penggunaan microwave, telepon tanpa kabel, paparan sinar matahari langsung, dan penerbangan. Laporan United States Federal Aviation Administration menyatakan, mereka yang terbang secara rutin terekspos radiasi setara dengan 170 kali dipindai sinar X. Karena selalu mengarungi udara itulah, pramugari dan pilot lebih rentan terkena kanker. (Majalah Tempo)

PENELITIAN 19 TANAMAN OBAT DIBIAYAI APBN

Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) bersama pengusaha jamu Indonesia tengah melakukan penelitian 19 tanaman yang akan digunakan sebagai bahan baku jamu. Kepala Pusat Riset BPOM, Winiarti Poedji, di Jakarta, Kamis mengatakan, penelitian dilakukan untuk menggali dan mengembangkan kekayaan tanaman Indonesia yang berpotensi mengandung khasiat "Banyak tanaman yang secara nyata berkhasiat mengandung obat. Namun belum diketahui oleh masyarakat. Jadi ini yang akan kita kembangkan," katanya. Ke-19 tanaman yang diteliti diantaranya akar kucing, brotowali, senggugu, daun jati belanda, jambu biji, daun johar, daun paliasa, seledri, kunyit, jahe merah, mengkudu, mahkota dewa dan biji pepaya. Selain itu, penelitian dilakukan untuk mengembangkan produk dan promosi obat tradisional di pasar domestik maupun internasional. "Tanaman itu akan diteliti dan hasilnya nanti dapat digunakan bagi pengusaha jamu untuk meningkatkan kualitas produknya," katanya. Ia berharap penelitian itu kelak membantu industri jamu nasional untuk berkembang lebih maju, yang akan berdampak peningkatan daya saing dan perekonomian nasional yang lebih baik. Winiarti mengatakan, pihaknya kini terus melakukan pertemuan dan membahas secara intensif, bukan hanya dengan lembaga atau instansi saja, tetapi dengan semua pihak terkait, agar dapat dihasilkan penelitian yang tuntas. Riset ini dimaksudkan untuk menunjang fungsi BPOM sebagai badan pengawas, sementara pelaksanaannya dikoordinir oleh kementrian ristek, misalnya dalam penetapan standar-standar hasil penelitian pada suatu tanaman. Pada penelitian sebelumnya, tahun 2002-2005, riset semacam ini membutuhkan dana sedikitnya, Rp10 miliar yang dibiayai oleh APBN. (sumber: kompas.com)

BAHAYA RADIASI PONSEL

TEMPO Interaktif, Jakarta: Tengoklah iklan tarif telepon seluler dari berbagai perusahaan. Tawaran mereka benar-benar menggiurkan: gratis bicara sepanjang hari, bebas menelepon semaumu atau ngobrol sampai dower, dan banyak iming-iming lainnya. Gara-gara tarif murah, orang dengan mudah berhalo-halo tanpa batas. Pulsa mungkin saja "aman", namun kesehatan bisa terancam.

Pembantu rumah tangga atau buruh bangunan pun mengantongi telepon. Di Indonesia, menurut Budi Putra, pengamat dan pengelola blog teknologi komunikasi, pengguna telepon seluler kini mencapai 115 juta orang, sekitar separuh dari jumlah penduduk Indonesia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pengguna handphone di seluruh jagat mencapai tiga miliar orang. Dua kali lipat dibandingkan data 2005.

Di balik semua kemudahan berkomunikasi, telepon genggam memunculkan kekhawatiran, terutama bagi kesehatan. Pemicunya, penelitian Vini Gautam Khurana, ahli bedah saraf dari Universitas Nasional Australia, Canberra, yang dipublikasikan pada akhir Maret lalu.

Selama 15 bulan, Khurana menelaah lebih dari 100 penelitian yang telah dilakukan berbagai lembaga, tentang keselamatan penggunaan telepon seluler. Hasil penelitian itulah yang menimbulkan gelombang reaksi besar hingga sekarang, karena Khurana menyatakan penggunaan telepon seluler akan memicu epidemi tumor otak, yang akan membunuh lebih banyak orang ketimbang rokok. Menurut riset profesor peraih 14 penghargaan medis ini, penggunaan telepon seluler--langsung dari handset--lebih dari 10 tahun akan menggandakan risiko terkena kanker otak.

Tidak hanya Khurana yang punya perhatian besar terhadap dampak buruk penggunaan telepon seluler, lembaga penelitian bergengsi lain juga demikian. Pada Juni lalu Mobile Telecommunications and Health Research di Inggris, bekerja sama dengan Imperial College, London, mengadakan penelitian besar-besaran tentang apakah telepon genggam bisa memicu gejala kanker otak, alzheimer, dan parkinson. Penelitian yang didanai pemerintah Inggris dan sejumlah perusahaan seluler ini akan "membuntuti" 90 ribu orang responden selama setahun. Lalu mengevaluasi dampak kesehatannya.

Menjawab kekhawatiran dunia akan bahaya telepon genggam, Organisasi Kesehatan Dunia juga telah meluncurkan Health Evidence Network. Ini merupakan layanan informasi Organisasi Kesehatan Dunia Kantor Regional Eropa, sebagai referensi bagi pengambil keputusan di bidang medis.

Ternyata, menurut organisasi kesehatan di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa ini, bukti bahwa radiasi telepon seluler dapat memicu tumor otak, tumor pada sel saraf pendengaran, tumor kelenjar saliva, leukemia dan limfoma, masih "lemah dan tak bisa disimpulkan". Alasannya, orang hanya memakai telepon dalam waktu terbatas--bukan sepanjang hari secara terus-menerus.

Meski begitu, lembar fakta Organisasi Kesehatan Dunia menyebutkan, tidak ada bukti bukan berarti tidak ada efek. Harus ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik untuk tiap-tiap kasus. Untuk itu, pada Oktober 2009, organisasi ini akan mengeluarkan rekomendasi resmi tentang aturan menggunakan telepon genggam, tentu saja berdasar penelitian yang lebih kredibel. Khurana sendiri menyarankan untuk membuat penelitian dampak penggunaan telepon seluler dalam jangka 10-15 tahun, agar menghasilkan "kajian ilmiah yang solid".

Belum adanya kepastian tentang tingkat bahaya penggunaan telepon seluler itulah yang menjadi masalah. Para dokter di Indonesia menyatakan, meski pemakaian telepon seluler meningkat belakangan ini, belum ada penelitian di Tanah Air tentang bahayanya bagi kesehatan. Menurut Silvia F. Lumempouw, dari berbagai kasus penyakit saraf yang ia tangani--termasuk alzheimer dan neuroma akustik--belum pernah ada yang terkait langsung dengan penggunaan telepon genggam. Spesialis saraf dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dan Rumah Sakit Dharma Nugraha ini menyatakan, radiasi dari seluler sebetulnya tak terlalu berbahaya jika dibandingkan dengan sumber radiasi lain seperti rontgen atau CT-scan. Para pekerja medis yang setiap hari berurusan dengan radiasi pun aman, apalagi "cuma" telepon.

Silvia juga mengingatkan, sebetulnya kita juga dikelilingi radiasi dari televisi, radio, komputer, dan berbagai peranti lain. Karena itu, ia menyarankan, kita juga wajib mewaspadai gejala akibat penggunaan handphone yang berlebihan. "Teknologi kan diciptakan untuk memudahkan, bukan untuk membuat sakit," katanya.

Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia (Perdossi) ini membandingkan telepon genggam dengan obat. Jika sebelum dipasarkan, obat harus sukses melalui serangkaian proses (dicoba di hewan, lalu di manusia, kemudian di orang sakit), alat-alat teknologi pun seharusnya begitu. "Mesti ada aturan dari sisi kesehatan, sebelum produk itu dipasarkan," kata Silvia. Jangan hanya berorientasi pada kecanggihan tapi tak mementingkan sisi medis.

Himawan W.H. juga menyatakan hal senada. Dokter spesialis telinga, hidung, dan tenggorokan di jaringan Rumah Sakit Mitra Internasional ini menyebut semua radiasi pada dasarnya berbahaya. Namun radiasi dari telepon genggam relatif kecil.

Selain dari telepon genggam, potensi radiasi di sekitar kita yang patut diwaspadai adalah penggunaan microwave, telepon tanpa kabel, paparan sinar matahari langsung, dan penerbangan. Laporan United States Federal Aviation Administration menyatakan, mereka yang terbang secara rutin terekspos radiasi setara dengan 170 kali dipindai sinar X. Karena selalu mengarungi udara itulah, pramugari dan pilot lebih rentan terkena kanker. (Majalah Tempo)

NASI BERBAHAYA BAGI KESEHATAN

Hasil research yang baru saja dilakukan oleh para ilmuwan membuktikan bahwa makan nasi ternyata tidak baik bagi kita.

Buktinya :

1. Nasi MENYEBABKAN KECANDUAN. Responden kami yang tidak makan nasi selama sehari saja akan kelaparan dan merasa sangat ingin makan nasi lagi.

2. SETENGAH dari seluruh siswa Indonesia yang makan nasi nilainya ada di bawah rata-rata kelas.

3. HAMPIR 99% KEJAHATAN terjadi dalam waktu kurang dari 24-jam setelah pelakunya mengkonsumsi nasi.

4. Suku-suku pada zaman batu yang tidak pernah makan nasi terbukti TIDAK PERNAH mengidap tumor, Alzheimer, osteoporosis, ataupun Parkinson.

5. Dokter melarang bayi yang baru lahir untuk makan nasi. Hal ini menjadi bukti bahwa nasi punya dampak berbahaya yang sudah dibuktikan oleh ilmu kedokteran.

6. Nasi yang kering biasa dimakan oleh ayam. Nah, sekarang anda perlu curiga dari mana flu burung berasal.

7. Jumlah pemakan nasi di Indonesia jauh lebih banyak dibandingkan dengan jumlah pemakan nasi di negara maju. Ini mungkin salah satu penyebab keterbelakangan pada negara ini.

8. Di warung-warung, biasanya KULI makan nasi dalam jumlah lebih banyak daripada kaum eksekutif. Hal ini membuktikan jika makan nasi MENURUNKAN kemampuan ekonomi seseorang.

9. Makan nasi dapat menyebabkan rasa haus alias MENYERAP air. Padahal tubuh kita sebagian besar terdiri dari air.

10. Dalam kondisi tertentu, makan nasi MENINGKATKAN resiko kematian. Misalnya makan nasi sambil menyetir mobil.

11. Pengidap DIABETES lebih dianjurkan makan kentang daripada nasi. Berarti nasi kurang baik bagi kesehatan.

12. Makan nasi menyebabkan keinginan mengkonsumsi sayur dan lauk. Misalnya nasi bandeng (nasi + bandeng goreng), nasi kucing (nasi + kucing goreng), dsb. Hal ini bisa menyebabkan obesitas.

13. Nasi mengandung ZAT BESI yang konfigurasi elektron terluarnya 4s2. Zat lain yang elektron terluarnya 4 adalah Racun ARSENIK (4p3), Batu batere TITANIUM (4s2), dan racun yang menyerang Superman yaitu KRIPTON (4p6). Ini mengindikasikan bahwa nasi punya
kesamaan dengan zat-zat berbahaya lainnya. (hahaha, jarang2 gini aku ngerti KIMIA, padahal dulu kimia SMAku cuman 6, Pak!)

14. Dalam Alkitab tidak pernah menyebut-nyebut soal nasi. Para Nabi juga tidak makan nasi. Lagipula nasi bukan sesuatu yang dianjurkan agama sehingga keabsahan penggunaannya pun
belum dapat dipastikan.

15. Nasi DIMASAK dalam suhu lebih dari 100 derajat Celsius. Itu panas yang cukup untuk bunuh orang.

serius amat bacanya !
huaauhuahuahuaua......

KULIT SEMANGKA BISA MENJADI OBAT

Hasil penelitian terbaru, seperti dikutip kantor berita Arab Saudi (SPA) Minggu (22/7), menyebutkan bahwa kulit semangka juga dapat menyembuhkan sedikitnya lima macam penyakit.

Penyakit-penyakit yang bisa disembuhkan oleh kulit semangka adalah darah tinggi kronis, radang ginjal, sulit buang air kecil, sulit buang air besar kronis dan penyakit dropsy (sakit gembur-gembur).

Hasil penelitian yang dilakukan Lembaga Medis Biologi yang disiarkan oleh Majalah Riset Medis Yordania itu juga memberikan jaminan bagi pasien dapat sembuh setelah melakukan pengobatan selama sebulan dengan teratur.

Untuk darah tinggi disarankan untuk mengeringkan kulit semangka lalu ditumbuk halus. Setiap hari diambil 20 gram dari kulit yang telah ditumbuk itu dan dimasak dengan air secukupnya. Pasien yang meminumnya secara teratur selama sebulan, penyakit darah tingginya bisa tersembuhkan secara total.Sedangkan empat penyakit lainnya disarankan untuk memotong kecil kulit semangka tersebut lalu dimasak sehingga menjadi adonan lalu disimpan di dalam botol kaca yang ditutup rapi.

Pasien penderita radang ginjal, sulit buang air kecil, sulit buang air besar kronis dan penyakit gembur-gembur, dianjurkan memakan adonan tersebut satu sendok makan sehari sebelum sarapan selama sebulan.“Apabila pasien mengikuti petunjuk tersebut dengan teratur paling sedikit selama sebulan penuh, maka penyakit-penyakit tersebut akan sembuh total dengan izin Allah,” demikian hasil penelitian tersebut.

Dengan adanya hasil penelitian terbaru tersebut, warga Arab yang dikenal memang doyan makan buah semangka, kemungkinan tidak akan membuang kulitnya ke sampah, tapi akan disimpan menjadi bahan obat.

MENYINGKAP RAHASIA KENTUT

Posted by: jaen2006 on: Februari 29, 2008

Buang angin, kentut, atau yang dalam istilah ilmiahnya disebut
flatulence, flatulency, flatus, adalah ciptaan Allah, yang sudah pasti bukanlah peristiwa biasa. Anda dapat membuktikannya dengan mencari tulisan ilmiah seputar kentut di mesin pencari pustaka ilmiah di internet, misalnya di scholar.google. com dengan mengetikkan kata kunci flatulence intestine. Yang akan Anda dapatkan adalah tidak kurang dari 4800 rujukan ilmiah yang membahas atau mengandung rujukan tentangkentut dari tahun 2000 hingga sekarang!

Tidak sampai di situ saja. Rujukan ilmiah tersebut diterbitkan oleh
beragam jurnal ilmiah dari berbagai disiplin, dari ilmu gizi, kedokteran, hingga kesehatan dan pengobatan. Sudah pasti ini bermakna pula peneliti dan para ilmuwan yang berkecimpung di bidang penelitian kentut juga berasal dari beragam disiplin ilmu.

Fisika di balik kentut

Keluarnya angin dari anus itu sendiri juga merupakan peristiwa yang memperlihatkan kebesaran Sang Pencipta. Di dalam saluran pencernaan makanan, terutama di dalam usus, terdapat berbagai zat berwujud padat, cair, gas, serta dengan tingkat kepadatan dan keenceran beragam. Hebatnya, angin kentut yang berbentuk gas bisa mengalir ke arah bawah, dan menerobos cairan dan padatan di dalam usus, untuk kemudian keluar
meninggalkan dubur.

Ini bukan peristiwa yang tidak aneh. Mengapa? Anda bisa mencoba mencampur zat padat, zat cair dan gas di dalam tabung atau gelas yang memiliki katup pengeluaran di bagian dasarnya. Lalu Anda berikan tekanan pada campuran tersebut, bisakah Anda memastikan bahwa gas tersebut bergerak ke arah bawah dan bahwa yang keluar dari katup pengeluaran tersebut hanya gas saja?

Biasanya gas atau gelembung udara bergerak menuju ke atas karena lebih ringan, dan sulit mengeluarkan gas tanpa mencegah keluarnya cairan atau padatannya melalui katup tersebut. Tapi peristiwa kentut terjadi melalui cara di luar kebiasaan itu berkat sempurnanya ciptaan Allah pada otot cincin yang membuka dan menutup lubang anus itu.

Otot lingkar pada dubur ini mampu merasakan keberadaan gas kentut dan mengatur pengeluarannya sedemikian rupa sehingga hanya gas saja, dan bukan padatan dan cairan, yang keluar dari anus. Bayangkan seandainya otot ini tidak mampu memilah dan mencegah keluarnya cairan dan padatan dari usus besar kita di saat kita buang angin di tempat terbuka.

Sangat diragukan jika ada alat buatan manusia yang mampu melakukan kerja seperti lubang anus yang luar biasa itu. Otot-otot dan jaringan terkait di seputar anus adalah organ ciptaan Allah yang Mahahebat, yang mampu melakukan kerja pelepasan gas kentut sekitar 10 kali per hari dengan sempurna, selama puluhan tahun usia manusia.

Kimia gas kentut

Di dalam usus besar, sekitar 70% gas berasal dari udara yang tertelan melalui mulut kita. Ketika makan, orang pada saat yang sama menelan ke dalam perutnya sekitar 2-3 cc udara. Misalnya, jika kita makan apel, udara tambahan yang ikut tertelan ke dalam tubuh kita adalah sekitar 20 cc. Begitu pula dengan minum. Kurang lebih 17 cc udara memasuki saluran pencernaan makanan saat seseorang meminum 10 cc air.

Gas selebihnya yang terdapat pada usus adalah gas asli buatan “dalam negeri”, alias muncul dari dalam usus itu sendiri dan bukan dari luar tubuh. Gas ini dihasilkan melalui aktifitas penguraian oleh mikroba di dalam saluran pencernaan kita.

Bagaimana gas-gas itu terbentuk? Tidak semua makanan yang kita telan dicerna sempurna dan diserap keseluruhannya di dalam usus halus. Sebagian makanan berserat atau zat tepung yang tak tercerna sempurna ini, misalnya kacang-kacangan, kemudian dirombak atau diuraikan oleh mikroba yang menghuni saluran pencernaan kita. Penguraian ini di antaranya menghasilkan zat-zat berwujud gas seperti metana dan hidrogen sulfida, serta gas-gas yang mengandung unsur belerang lainnya.

Gas kentut adalah campuran beragam gas. Kentut sebagian besarnya terdiri atas gas oksigen, nitrogen, karbon dioksida dan metana yang kesemuanya ini bukan penyebab bau tidak sedap. Yang memunculkan aroma tidak sedap pada kentut adalah gas-gas yang mengandung belerang. Di antaranya adalah hidrogen sulfida (bau telur busuk), methanethiol (bau sayur membusuk). Namun ada pula dimetil sulfida yang memiliki bau manis.

Kreatif karena kentut

Ternyata kentut memiliki nilai komersial. Sebut saja Josef Pujol,
warga Prancis kelahiran Marseilles tahun 1857. Ia memiliki kelebihan mampu dengan sengaja mengendalikan otot-otot perutnya. Dengannya, ia dapat dengan mudah menyedot 2 liter udara ke dalam usus besarnya melalui anus, dan meniupkan kembali ke luar anus. Dengan kata lain, ia mampu membuat “kentut buatan”.

Berbekal bakat ini, ia memasuki dunia pentas hiburan. Sebelum pentas, ia “mencuci usus besarnya” agar tidak menimbulkan bau tak sedap. Suara buang anginnya hanya memiliki 4 tangga nada: do, mi, sol dan do lagi.

Pentas profesionalnya berawal di tahun1887. Karirnya mulai menanjak ketika ia naik panggung di gedung musik Moulin Rouge di Paris pada tahun1892. Dalam pentasnya, terkadang ia memasang selang pada anusnya yang kemudian disambungkan ke berbagai alat musik tiup untuk bermain musik.

Selain sangat terkenal, ia juga mendapatkan penghasilan 20.000 frank per minggu, dua setengah kali lebih banyak dibandingkan artis kondang kala itu, Sarah Bernhardt. Ketenarannya ini bahkan sempat mendorong Raja Belgia datang diam-diam untuk melihat Josef Pujol.

Penyaring kentut

Kini telah tersedia produk di pasaran yang berfungsi menghilangkan bau kentut yang tidak sedap. FLAT-D adalah salah satu nama produk berbentuk kain persegi panjang, yang mudah dilipat dan dibawa. Kain ini digunakan dengan cara menghamparkan di atas kursi kerja, atau kursi kantor. Selain dapat dicuci dan digunakan ulang, kain ini mengandung karbon teraktifasi.

Ketika seseorang buang angin dalam keadaan duduk di atas kursi kerja yang tertutup kain FLAT-D, kain ajaib ini menyerap aroma tidak sedap kentut tersebut. Penyaring kentut ini diproduksi pula dalam bentuk pembalut yang dapat direkatkan pada celana dalam, sehingga lebih praktis.

Selain FLAT-D, ada pula produk serupa bernama Under-Ease yang
dikeluarkan oleh perusahaan Under-Tec Corp. Pakaian dalam yang sudah mendapatkan hak paten ini adalah hasil kerja keras penelitian pasangan suami istri Buck and Arlene Weimer. Produk mereka sempat menjadi buah bibir di media massa AS di awal tahun 2000-an.

Demikianlah, tulisan singkat ini tidak mungkin dapat menampung seluruh hasil-hasil temuan ilmiah dan inovasi teknologi seputar kentut, gas yang seringkali dicemooh orang. Namun, sebagai salah satu ciptaan Allah, ternyata kentut membuktikan bahwa tiada sesuatu yang Allah ciptakan, melainkan menjadi bukti keagungan dan keluasan ilmu Allah, Pencipta tanpa tara. Dialah yang menciptakan segala sesuatu dengan tujuan yang benar, sebagaimana firman-Nya, yang artinya:

(yaitu) orang-orang yang mengingat ALLAH sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penCIPTAAN langit dan bumi (seraya berkata): Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan SIA-SIA Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka. (QS. Ali `Imran, 3:191)